Jomblo dan Kekerasan Dalam Pacaran
![]() |
Ayo ikutan! |
Di Tulisan kali ini, aku akan membahas tentang fenomena yang
lagi hits, yakni Jomblo. Yup, Jomblo atau single, atau apa pun istilahnya yang
berarti kamu lagi enggak punya pasangan. Titik! Kalau kamu lagi Jomblo, mari
diteruskan baca tulisan ini sampai habis. Kalau kamu sudah punya pasangan, kamu
boleh baca juga tulisan ini, anggap saja persiapan menuju kejombloan kamu.
#KetawaSetan. Namun, kamu jangan berharap tulisan ini ala-ala jomblo yang
menye-menye. Ini tulisan serius, tentang kejombloan dan hubungannya dengan
kekerasan dalam pacaran. Jadi, siapin diri kamu lebih dulu sebelum scroll
tulisan ini makin ke bawah.
********************************
Kemarin sore, aku janjian dengan seorang teman di Mal
Ciputra Jakarta. Aku tiba di sana tepat pukul 4 sore, Ia mengabari bahwa ia
akan terlambat datang, aku pun menunggunya sembari menikmati teh kuan yin di
Imperial Kitchen. Cukup lama sampai ia datang dan langsung memesan sepiring
kuetiaw pedas dan es teh manis kesukaannya. Sembari menikmati kuetiaw pedasnya,
ia bercerita tentang teman kuliah kami yang baru saja melangsungkan pernikahan
ala-ala royal wedding. Kebetulan, dia diminta menjadi penerima tamu di pesta
resepsi itu. Ia melanjutkan ceritanya tentang teman kami yang lain lagi yang
baru saja melahirkan anak pertamanya. Ia sedikit bergumam. Sorot matanya bicara
lain.
Temanku ini perempuan muda, lulusan terbaik di kampusku,
sekarang bekerja sebagai supervisor di perusahan rokok untuk area Jawa Barat. Aku
menangkap apa yang ia tidak bicarakan. Aku merasakan ada sedikit nada satir.
Faktanya adalah ia sekarang sedang jomblo dan (mungkin) ia merasa gundah harus
menerima pertanyaan dari orang-orang tentang kejombloannya.
Dia seperti kita semua yang jomblo pasti pernah merasakan
saat-saat di mana orang-orang mempertanyakan status kejombloan kita. Kita semua
yang jomblo pasti pernah dapat pertanyaan yang kurang lebih, begini:
Kapan mau dikenalin
pacarnya?
Pacarnya sekarang
siapa?
Enggak bosen sendirian
mulu?
Malam minggu sama
siapa nih?
Nah, tanpa sering kita sadari pertanyaan-pertanyaan itu
membuat para jomblo merasa terdiskriminasi dan terstigma dari masyarakat. Ini
persoalaan serius. Pada tahap lebih lanjut, kadang-kadang, ada yang menyerah
setiap hari mendapat pertanyaan itu dan akhirnya secara serampangan memilih
pacar yang ujung-ujungnya berakhir pada kekerasan dalam pacaran. Lebih baik
dapat pacar yang asal-asalan dari pada jomblo. Terdengar hiperbolik?
Kenyataannya memang begitu. Tidak semua orang punya mekanisme tubuh menghadapi pertanyaan
menyebalkan yang tiap hari ditanyakan melulu.
Pasti kamu akan menyangkal dengan mengatakan tidak perlu
didengarkan pendapat orang lain, toh hidup gua, gua yang jalani sendiri. Tepat
sekali memang, tapi kadang hidup tidak seindah itu. Dalam konstruksi masyarakat
Indonesia yang partriakhi, menjadi perempuan lajang adalah sebuah aib bagi
keluarga. Cap “Perawan Tua”, “Tidak Laku” turut memperparah stigma dari
masyarakat kepada kelompok jomblo, utamanya perempuan yang jomblo. Okelah kalau
misalnya pertanyaan-pertanyaan dari teman tentang kejombloan masih bisa kita
atasi, kalau orang tua, gimana?
Jomblo ataupun berpasangan pada hakikatnya adalah keputusan
atas pilihan yang dipilih melalui kehendak bebas. Silahkan saja berpacaran
asalkan diri kita benar-benar membutuhkan itu, bukan karena desakan dari pihak
lain. Kadang kita harus cukup bijaksana dalam meletakkan pacaran sebagai
kebutuhan (need) atau keinginan (want). Kita pun harus jeli memastikan pacaran
sebagai need ataupun want, adalah benar-benar need dan want diri kita, bukan
orang lain.
Jadi, intinya adalah aku ingin bilang bahwa kita semua tidak
perlu tanya-tanya soal relasi orang lain, karena kita tidak pernah tahu kondisi
orang itu. Jangan jadi bagian dari masyarakat yang menstigma dan mendiskrimasi
kelompok jomblo ini.
Nah, melalui tulisan ini juga, aku mau ajak kamu semua untuk
ikut acara yang keren banget, acaranya Urban Women. Urban Women adalah
komunitas nirlaba yang berfokus pada penguatan perempuan lajang perkotaan untuk
tumbuh melampaui ikatan pribadinya. Ini komunitas keren banget lah.
Acaranya
berupa seminar tentang Smart Dating, kurang lebih isinya tentang kewarasan
dalam berpacaran sebab pacaran itu tidak cukup menggunakan hati tapi harus
hati-hati. Salah satu pematerinya adalah Mariana Amiruddin, komisioner Komnas
Perempuan.
Catet tanggalnya, Sabtu 11 Juli 2015, jam 11 siang di
Nutrifood Inspiring Centre, Menteng Square, Matraman! Kalau mau ikut, langsung
aja deh daftar lewat twitter ke panitianya di @Urban_Women.
Wah acaranya sepertinya seru. Sayang sekali jam segitu masih office hour buat saya.
BalasHapushuehehehe jadi inget pas kita lagi makan di pelangy... topiknye beginian :))
BalasHapus