Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

[Miris] : Ke mana Kosa Kata Kanak-Kanak

Gambar
Putu Elmira sedang memberikan pelajaran Siang itu, sabtu tanggal 17 September 2011, aku punya janji untuk bergabung bersama teman-teman Agent of Hope, untuk memberi les kepada anak-anak kurang mampu di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Letaknya di sebuah Mesjid, dekat pinggiran kali yang bau dan jorok. Kemiskinan terhampar jelas di sini, berbanding terbalik dengan kehidupan glamor masyarakat metropolis ibu kota. Nurul Khotimah berfoto dengan salah satu anak didik Kami ada bersebelas siang itu, terdiri dari berbagai kampus, tidak saling mengenal, tapi kami punya satu kesamaan, sama-sama peduli terhadap anak-anak marjinal ibu kota. Di pelataran mesjid yang tak terlalu luas itu, kami mengajarkan pelajaran matematika kepada anak-anak itu. Mereka dengan suka cita menyambut kehadiran kami. Ada satu hal menarik yang membuat saya sedikit tergelitik bila mengingat kejadian siang itu. Ada satu anak didik saya, Novi namanya, seorang bocah kelas 6 SD. Di sela-sela ia mengerjakan soal ma

Jadi Mata Harimau Untuk Selamatkan Harimau Sumatera

Gambar
Komitmen Bersama Selamatkan Harimau Sumatera Jumat, (16/9) Greenpeace Indonesia meluncurkan kampanye penyelamatan Harimau Sumatera yang kini jumlahnya kurang dari 400 ekor. Kampanye ini bertepatan dengan ulang tahun Greenpeace yang ke-40. Bertempat di teater kecil Taman Ismail Marzuki, Greenpeace Indonesia mengajak kita semua untuk peduli pada kelangsungan hidup Harimau-Harimau Sumatera yang tersisa. Kampanye ini menampilkan   pameran foto, pemutaran film, pagelaran silat harimau, orasi dan peneguhan komitmen bersama penyelamatan Harimau Sumatera. Berbagai pihak hadir dalam kampanye ini antara lain, Kementrian Kehutanan, Kontras, LBH Jakarta, Walhi, dan komunitas masyarakat Minangkabau serta beberapa media. Harimau Sumatera Menunggu Mati Perusakan hutan tropis baik pembalakan liar maupun pembukaan perkebunan menjadi alasan utama menghilangnya sang raja hutan. Rumah terbaik bagi Harimau bukanlah perkebunan kelapa sawit, bukan juga apartemen-apartemen mewah, tetapi hutan h

Sisi Lain di Balik Megahnya Open House Istana

Gambar
Antusiasme warga ingin bertemu Presiden Siang itu, matahari tengah terik-teriknya menyinari kawasan silang Monas. Tampak seorang pria paruh baya tengah duduk di bawah pohon, mencoba berlindung dari sengat matahari. Pria paruh baya itu tengah menanti giliran untuk diangkut mobil polisi, guna bertemu bapak Presiden yang sedang menggelar open house. Pria paruh baya itu bernama Supri. Pak Supri berusia 55 tahun, memiliki seorang istri yang ia cintai, dan 3 orang anak, buah cinta mereka. Sehari-hari, pak Supri memulung botol-botol bekas dan sampah plastik untuk ditukar dengan segenggam beras dan beberapa ribu rupiah. Hidupnya sangat sederhana, bila tidak mau dikatakan miskin. Namun, ia tetap bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi pendamping yang setia dan anak-anak yang selalu menyemangatinya. Aku dan pak Supri Sejak selasa kemarin, pak Supri telah tiba di ibu kota. Tujuannya satu, bertemu langsung dengan bapak Presiden. Tak kurang dari 80 kilometer, pak Supri tempuh dari

SOTR ala Mahasiswa Universitas Tarumanagara

Gambar
Sahur On The Road SOTR atau lengkapnya Sahur On The Road adalah suatu kegiatan membagi-bagikan makanan kepada kaum-kaum termarjinalkan dan dilakukan pada saat menjelang sahur di bulan Ramadhan. SOTR biasanya dilakukan oleh lembaga, organisasi atau bisa juga individu sebagai wujud kepedulian terhadap teman-teman yang membutuhkan. Namun, dewasa ini kegiatan SOTR kerap dicap jelek, karena banyak oknum yang menggelar SOTR sekedar untuk membentuk citra, meningkatkan popularitas dan sebagai ajang hura-hura dan gaya-gayaan. Tentu masih segar dalam ingatan kita, tentang seorang publik figur yang sengaja mengundang wartawan untuk meliput kegiatan SOTRnya, atau kecelakan tragis yang menimpa dua orang siswi salah satu sekolah di Jakarta. Rombongan SOTR SOTR sudah selayaknya dilakukan berdasarkan panggilan nurani yang peduli terhadap nasib-nasib teman-teman kita yang membutuhkan uluran tangan, bukan sekedar gaya-gaya atau ikut-ikutan. Hal inilah yang mendasari sekelompok mahasiswa Un