Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Ho Wan Moy, Sang Srikandi Indonesia

Gambar
Ho Wan Moy dalam buku Tionghoa dalam Keindonesiaan Sore santai di minggu lalu, ceritanya aku meneruskan baca buku Tionghoa dalam Keindonesiaan yang enggak selesai-selesai dibaca. Di salah satu bab, aku menemukan sosok Ho Wan Moy. Duh Gusti, mau mbrebes mili .... Didi Kwartanada dalam buku Tionghoa dalam Keindonesiaan, mengutip Majalah Suara Baru edisi Maret-April 2008 yang mengemukakan sosok Ho Wan Moy, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tika Nurwati. Ho Wan Moy berasal dari Jawa Tengah. Sejak usia 13 tahun terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelum memberanikan diri terjun ke kancah pertempuran, perempuan yang dipanggil "Amoy" oleh para tentara Republik ini harus mengalahkan trauma dan ketakutan saat seorang laki-laki mengancam membunuhnya karena ketionghoaannya.  Lisa Soeroso dalam blognya mengutip trauma Ho Wan Moy,   "Saya sedang jaga warung, masih sangat muda," kenangnya. Itulah pertama kali ia mera

Hikayat Souw Beng Kong, Kapiten Tionghoa Pertama dan Nasibnya Sekarang

Gambar
Napak Reformasi Komnas Perempuan ke Makam Souw Beng Kong 2011. Dok: Komnas Perempuan Minggu lalu, aku pergi ke kawasan Kota Tua Jakarta untuk refreshing sambil mengikuti keseruan Festival Kuliner Ikan Nusantara. Saat sedang asyik menikmati berbagai jenis ikan yang ada, aku teringat akan makam Souw Beng Kong yang terletak tak jauh dari kawasan Kota Tua. Aku pun bergegas ke sana untuk berziarah. Makam Souw Beng Kong terletak di Gg Taruna, Jalan Pangeran Jayakarta. Agak sulit untuk melihat makam Souw Beng Kong dari jalan raya, karena makam tersebut berada dalam himpitan ruko-ruko yang menjamur sepanjang jalan. Untungnya ada papan petunjuk jalan yang menunjukkan lokasi makam kuno tersebut.  Gang sempit menuju makam Souw Beng Kong Sampai di lokasi makam Souw Beng Kong, hatiku remuk redam. Kondisi makam sangat mengenaskan! Pagar teralis yang membatasi makam dijadikan tiang jemuran oleh warga. Sampah juga berserakan di area makam. Bahkan, di depan nisan, tergenang air ya

Perempuan Tangguh Sebangsa Nobar Film "hUSh"

Gambar
Pemutaran dan diskusi Film "hUSh", Sabtu, 29 April 2017 Sabtu kemarin, aku pergi ke Freeware Space, Kemang untuk menghadiri pemutaran Film "hUSh" karya Djenar Maesa Ayu dan diskusi penanganan serta pencegahan kekerasan terhadap perempuan. Kedua acara tersebut merupakan rangkaian acara Perempuan Tangguh Sebangsa yang diadakan oleh Sebangsa dan Komunita.ID bekerja sama dengan Jakarta Feminist Discussion Group, Perut Puan, Lentera Sintas, #SaveJanda, PerEMPUan, HollaBack! Jakarta, Unmasked, Bengkel Tari Ayu Bulan, Help Nona, Yayasan Pulih, Indonesia Feminis, dan gerakan sosial menghitung pembunuhan perempuan.  Rangkaian kegiatan ini bermula dari keresahan Sebangsa dan Komunita.ID melihat maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Dalam siaran persnya, Sebangsa dan Komunita.ID mengutip data Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan yang mencatat ada 321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan sepanjang tahun 2015. Selain isu keke

Kaum Public Relations sedunia, bersatulah!

Gambar
Ellena Ekarahendy, koordinator Presidium SINDIKASI menyampaikan tuntutannya di depan kantor Bekraf, 1 Mei 2017 Syahdan, bila dulu Karl Marx dan Friedrich Engles menyerukan agar kaum buruh sedunia untuk bersatu, maka melalui tulisan ini, aku menyerukan kaum Public Relations sedunia, bersatulah! Niscaya bila pekerja Public Relations bersatu, tak bisa dikalahkan! Ada anggapan bahwa buruh ialah mereka yang bekerja di pabrik, para pekerja kasar, dan para tukang. Anggapan ini tidak salah. Namun, anggapan ini juga tidak sepenuhnya tepat. Bagiku, anggapan ini naif, karena sesungguhnya buruh ialah setiap pekerja yang menerima upah dari pemberi kerja, termasuk para pekerja Public Relations. Walaupun tentu saja banyak pekerja Public Relations yang menolak disebut buruh. Melalui tulisan ini, aku ingin mengkritik para pekerja Public Relations yang merasa bukan bagian dari buruh sehingga dalam konflik antara buruh dan korporasi, cenderung memposisikan dirinya sebagai bagian dari ko