Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Polemik Vagina Becek

Gambar
kami diskusi, kami senang! Sore ini aku terlibat dalam sebuah diskusi yang sangat menarik di ruang makan Komnas Perempuan. Diskusi yang sangat informal, tanpa perencanaan, tanpa pembukaan, cukup dengan segelas kopi hitam dan buah rambutan dari kebun seorang teman yang baru saja panen. Ini salah satu yang aku senangi di Komnas Perempuan, aku bisa berdiskusi dengan siapa saja, kapan saja dan tentang apa saja. Dari diskusi inilah, aku bisa menemukan ide-ide dan pola pikir baru. Diskusi sore ini bermula dari rambutan yang “katanya” bisa membuat vagina menjadi becek. Becek pada vagina adalah kondisi yang sangat ditakutkan oleh masyarakat kita pada umumnya, utamanya perempuan. Becek selalu identik dengan bau, jorok dan tidak nyaman. Becek pada vagina pun begitu. Berbagai macam cara dilakukan agar vagina tidak berada dalam keadaan becek. Akhir-akhir ini muncul berbagai produk perawatan vagina yang menawarkan satu kegunaan utama, membuat vagina keset alias tidak becek! Iklan-iklan i

Rieke Diah Pitaloka dan Kekerasan Seksual

Gambar
sakitnya tuh di sini! Tok...! Tok...! Tok...! Palu anggota dewan diketok tiga kali, sebagai tanda disahkannya daftar Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan dibahas oleh anggota dewan di prolegnas (Program Legalisasi Nasional), dan tak ada RUU Penghapusan Kekerasan Seksual di dalam daftar itu. Tak adanya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual tentu membuat sakitnya tuh di sini , mulai dari Komnas Perempuan, jaringan aktivis perempuan sampai ke kaukus perempuan parlemen. Di situ kadang saya juga merasa sedih . Beberapa hari setelah penetapan daftar itu, Komnas Perempuan bersama Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI, komisi IX) dan Anna Latuconsina (anggota DPD RI) menggelar Konfrensi Pers di Media Centre DPR (13/2). Ada banyak cerita menarik dari Rieke Diah selama konpres tersebut yang mau aku bagi di sini.  Rieke Diah Pitaloka membuka konpres tersebut dengan menyampaikan fakta-fakta banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada buruh perempuan di dalam maupun luar neger

Otak di Selangkangan

Gambar
sumber: liputan 6 Dua hari ini, amarah meledak-ledak! Ledakan amarah ini dipicu dari wacana DPRD Jember untuk membuat rancangan peraturan daerah (ranperda) yang menempatkan keperawanan sebagai indikator kelulusan sekolah. Hal yang absurd sekali. Entah logika apa yang dipakai sama DPRD Jember sampai mereka bisa menghukum siswi yang tidak perawan dengan tidak meluluskan sekolahnya!  Bagiku yang harus dites bukan keperawanan, tetapi otak para anggota DPRD Jember itu. Aku bercuriga bahwa otak mereka sudah pindah ke selangkangan. Bagaimana tidak? Isu keperawanan selalu direkatkan dengan moralitas dan agama, seolah-olah bahwa perempuan yang tidak perawan adalah perempuan yang tidak baik-baik dan hanya perempuan yang perawanlah yang merupakan perempuan baik-baik. Padahal perawan atau tidak itu hanya perkara satu selaput. Orang-orang menamainya selaput dara. Selaput dara identik dengan keperawanan. Padahal bentuknya macam-macam, berbeda antara satu perempuan dengan perempu

Berebut Figur Laki-Laki

Gambar
detik foto Akhir-akhir ini, ada kabar menghebohkan datang dari jagat perdangdutan. Titin Kharisma, penyanyi dangdut dari Sidoarjo, melaporkan Adam Suseno ke Komnas Perempuan . Adam sendiri merupakan suami dari Inul Daratista, sang ratu ngebor. Titin Kharisma melaporkan suami Inul tersebut lantaran kesal Adam tidak mengakui anak mereka. Pemberitaan media pun ramai berkembang. Mayoritas menyorot perseteruan antara Titin dan Inul. Foto-foto headline pun memuat foto Inul yang dibandingkan dengan foto Titin. Sosok Adam sendiri tidak pernah muncul. Media (dan mungkin kita semua) sibuk menghadap-hadapkan Titin dan Inul. Padahal, Titin dan Inul tidak punya masalah apa-apa.  Beberapa tahun sebelumnya, ada juga kasus yang hampir-hampir mirip. Masih ingatkah kita tentang Mulan Jameela yang berhadap-hadapan dengan Maia Estianty? Mulan Jameela yang merupakan artis pendatang baru waktu itu, dilabeli sebagai perebut suami Maia Estianty, orang yang justru mempopulerkan Mulan lewat du