Postingan

Tahun-Tahun Terakhir Bersama Komnas Perempuan

Gambar
Kemas-kemas barang Halo! Pertama-tama, aku mau menyampaikan permohonan maaf buat kamu semua, para pembaca setia, karena aku sudah lama sekali, mungkin lebih dari setahun, tidak menulis di blog ini. Aku juga mau menyapa kamu semua yang mungkin saja secara tidak sengaja mampir di sini. Semoga betah yaa!  Di tulisan kali ini, aku mau berbagi cerita tentang tahun-tahun terakhirku bersama Komnas Perempuan. Mungkin sebagian dari kamu sudah tahu bahwa aku mengundurkan diri dari Komnas Perempuan per tanggal 13 Maret 2020 yang lalu. Setelah bergabung hampir tujuh tahun, aku rasa ini waktu yang tepat bagi Komnas Perempuan untuk merekrut Public Relations Officer yang baru, yang penuh dengan ide-ide segar. Aku pun butuh tantangan baru di tempat yang baru pula.  Putar memori sebentar, aku bergabung dengan Komnas Perempuan sebagai peserta magang di bulan April-Mei 2013, lalu menjadi relawan di bulan Agustus-Desember 2013. Di Februari 2014, aku menjadi badan pekerja di Komnas Perempuan.

Mengunjungi Pagoda Lalitavistara di Jakarta Utara

Gambar
Pagoda Lalitavistara Dua hari yang lalu, aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pagoda Lalitavistara di Cilincing, Jakarta Utara.  Apa? Ada Pagoda di Jakarta?  Iya, kamu semua enggak perlu ke Thailand, Myanmar, atau ke Tiongkok untuk melihat Pagoda yang ciamik. Di Jakarta, tepatnya di daerah Cilincing, Jakarta Utara, ada juga Pagoda yang keren banget, bernama Pagoda Lalitavistara.  Pagoda Lalitavistara terletak di antara rumah penitipan abu jenazah Wan Lin Chie di sebelah kanan dan Vihara Lalitavistara di sebelah kiri. Ada tembok yang memisahkan halaman rumah abu dan vihara, yang dugaanku dulunya tembok itu tidak ada. Untuk melihat dari dekat Pagoda Lalitavistara, silahkan masuk dari gerbang rumah abu.  Sayangnya, kita hanya dapat melihat dari dekat Pagoda Lalitavistara, tanpa boleh masuk apalagi naik karena ada masalah dengan struktur bangunan Pagoda, sehingga dikhawatirkan akan membahayakan pengunjung. Walau demikian, Pagoda Lalitavistara tetap mempesona bagi

Depok Lama Punya Cerita

Gambar
Di rumah Presiden Depok. Dok: panitia Halo semua! Secara khusus, aku ingin menyapa warga Depok yang barangkali membaca tulisan ini, karena di tulisan ini, aku akan membagikan pengalamanku berwisata sejarah di Kota Depok. Loh, emang Depok ada sejarahnya? Buat kamu yang mikir bahwa Depok itu cuman ada kampus UI dan enggak ada warisan sejarah lainnya, kamu salah banget! Buktinya, akhir bulan lalu, aku ngikut jalan-jalan wisata sejarah keliling kawasan Depok Lama bareng Komunitas Sejarah Depok. Seru banget! Pertama-tama, aku bakalan ceritain dulu sejarah gimana cikal bakal lahirnya kota Depok. Begini ceritanya: Kelahiran Kota Depok tidak bisa dilepaskan dari kedatangan armada dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie alias VOC ke Sunda Kelapa. Menurut sejarahwan, JJ Rizal dalam buku pengantar Wisata Sejarah Depok Tempo Doeloe , Cornelis Chastelein, seorang pejabat VOC, membeli tanah Depok secara bertahap pada 1696. Chastelein ingin menjadikan Depok sebagai rua

Menyusur Pecinan Tangerang

Gambar
Senja di Cisadane, Kota Tangerang Hayo siapa di sini yang anak Tangerang? Dua minggu lalu, aku berkesempatan untuk jalan-jalan ke kota Tangerang. Banyak temen-temenku yang heran, wisata kok ke Tangerang? Emang ada wisata apaan di Tangerang? Tenang! Tenang! Mari aku ceritakan perjalananku di Tangerang yang luar biasa mencerahkan!  Pertama-tama, ada di sini yang tahu asal-usul kota Tangerang? Menurut artikel Sejarah Kota Tangerang dalam Live Tangerang Magazine , daerah Tangerang itu dulunya dikenal dengan sebutan Tanggeran, yang berasal dari bahasa Sunda, yaitu tengger dan perang. Kata 'tengger' memiliki arti 'tanda', yang merujuk pada tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Kesultanan Banten dan VOC sekitar pertengahan abad ke-17. Selain tugu, batas wilayah juga dipisahkan oleh Sungai Cisadane. Wilayah sisi barat merupakan kekuasaan kesultanan Banten. Sisi timur merupakan wilayah kekuasaan VOC. Baik Kesultanan Banten dan VOC, sama-sa

Ini Loh Alasannya Mengapa Sabtu Malam Disebut Malam Minggu

Gambar
Menikmati malam turun Hai semua! Pertama-tama, aku mau mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri buat teman-teman semua yang merayakannya. Mohon maaf lahir dan batin yaa!  Nah, di tulisanku kali ini, aku akan membahas tentang malam minggu. Pasti semuanya sudah tahu dong apa itu malam minggu? Namun, rasa-rasanya tidak banyak yang tahu kenapa ia disebut malam minggu padahal itu sebenarnya adalah sabtu malam?  Begini ceritanya, semua bermula pada saat pemerintahan kolonial Belanda memperkenalkan sistem waktu yang membagi waktu ke dalam 24 jam, seperti yang kita gunakan sehari-hari saat ini. Perhitungan dimulainya 'hari' adalah jam 00.01, atau lewat tengah malam.  Nah, sebelum sistem ini diperkenalkan, masyarakat nusantara, khususnya yang di pulau Jawa menandai dimulainya 'hari' saat malam turun, dengan bunyi pukulan bedug di Masjid, yang sekaligus juga menandai kelima waktu salat.  Kita ambil contoh ya biar lebih mudah memahami perhitungan hari. Cont

Ong Pik Hwa, Sang Kartini dan Superwoman Indonesia

Gambar
Ong Pik Hwa (kedua dari kanan) dan keluarga Sebentar lagi kita akan memperingati hari Kartini, sebagai simbol perjuangan kaum perempuan melawan budaya yang tidak adil gender. Namun, di postingan ini aku tidak akan menulis tentang sosok Kartini, karena tentunya sudah banyak yang menulisnya. Di postingan kali ini, aku akan menulis tentang sosok Ong Pik Hwa yang dijuluki "superwoman" oleh Myra Sidharta.  Siapa Ong Pik Hwa dan mengapa ia dijuluki "superwoman" ? Mari kita berkenalan! Oh ya, sebelum berkenalan, aku mau bilang bahwa hampir sebagian besar dari tulisan ini dikutip dari buku Biografi Delapan Penulis Peranakan: Dari Penjaja Tekstil sampai Superwoman karya Myra Sidharta. Ong Pik Hwa lahir pada 1906, tahun kuda api. Menurut perhitungan Tionghoa, perempuan yang lahir di tahun kuda api mempunyai sifat mandiri dan berani menghadapi segala tantangan. Ayahnya bernama Ong Ban Djoen, seorang pengusaha kayu yang sangat terkenal di Ungaran. Ong Ban Djoen ba

Bersatu di Bawah Panji-Panji Rendang

Gambar
Proses memasak masakan Minang, dari gulai nangka hingga rendang di RM Uni Ajo, Jakarta Mari tebak, apa yang bisa membuat Indonesia-Malaysia-Singapura-Brunei bersatu? Bila tebakan kamu adalah rendang, ya kamu benar! Sana ambil sepedanya!  Penyebabnya apa lagi kalau bukan komentar dari John Torode , salah satu juri MasterChef Inggris yang mengkritik nasi lemak dan rendang ayam milik kontestan asal malaysia, Zaleha Kadir Olpin, dengan menyebutnya "tidak crispy ". Zaleha pun terpaksa mengakhiri perjalanannya dalam kontes ini.  Komentar dari John tersebut pun langsung menuai kecaman. Salah satunya dari politikus Malaysia, PM Najib Razak yang mencuit, "Mana ada orang makan rendang ayam 'crispy'? #MalaysianFood Tak hanya publik Malaysia yang dibuat marah, tetapi juga publik Indonesia yang tersinggung dengan komentar rendang crispy . Walau pernah terlibat saling klaim rendang sebagai masakan nasional, Indonesia-Malaysia dalam kasus komentar rendang cri