Antara Bokep dan Kekerasan Seksual
![]() |
sumber: ucanews.com |
"Peristiwa berawal saat pelaku sedang menonton film
porno. Kemudian korban terbangun. Lalu pelaku mengajak korban menonton bersama
hingga terjadilah perkosaan tersebut," papar Novi.1
"Pengakuan pelaku, dorongan untuk melakukan
(pemerkosaan) karena pelaku sering kali menonton film porno," kata Nunu.2
Kalimat pertama di atas adalah kutipan dari Kasat Reskrim
Polres Jakarta Selatan, Kompol Novi Nurohmad saat dimintai keterangan atas
kasus perkosaan yang melibatkan supir taksi dengan anak tirinya di Manggarai,
Jakarta Selatan tahun 2013 lalu. Kalimat kedua adalah kutipan perkataan Kepala
Subdit Perlindungan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan
Inspektur Satu Nunu, atas kasus perkosaan bocah 7 tahun di Jakarta Selatan.
Dari dua kasus perkosaan yang terjadi di Jakarta Selatan tersebut,
Film Porno atau yang ngetren disebut bokep adalah biang keladi terjadinya
perkosaan. Kesimpulan yang biasa ditarik dari kasus perkosaan yang melibatkan
bokep adalah fakta bahwa bokep menimbulkan nafsu birahi sehingga akhirnya
pelaku memperkosa korban. Namun, apakah memang benar demikian?
Kalau kita berpatokan bahwa perkosaan terjadi hanya
semata-mata karena nafsu birahi, kog rasanya selemah itu yaa Laki-laki tidak
mampu mengontrol nafsunya sendiri. Bagiku kesimpulan ini harus ditelaah lebih
dalam lagi.
George Gerbner3 mengemukan teori kultivasi yang
menitikberatkan pada pandangan bahwa media dalam hal ini televisi memegang
peranan penting dalam membentuk pola pikir individu dan masyarakat. Teori
Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya
televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi
pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan
dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross
(1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi
kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada
dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik
(heavy viewers) adalah mereka yang
menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering
juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah
penonton biasa (light viewers), yaitu
mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori
kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka
semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang
terjadi di televisi itulah dunia senyatanya.
Film sebagaimana televisi juga memiliki kemampuan yang sama
dalam membentuk prespektif individu dan masyarakat. Sebagaimana yang diutarakan
oleh Gerbner, para pecandu film bokep (penonton lebih dari 4 jam sehari) memiliki
kepercayaan bahwa apa yang terjadi di film bokep adalah cerminan dari kehidupan
nyata. Kepercayaan ini yang salah dan mengakibatkan banyak kekerasan seksual di
masyarakat.
Ada banyak mitos-mitos yang dipenetrasikan ke dalam otak
penontonnya, mari kita lihat satu persatu mitos dalam film bokep. Mitos bokep
juga pernah ditulis dalam artikel malesbangetdotcom4.
-
Perempuan
adalah makhluk yang selalu horni
Dalam banyak film bokep, perempuan
digambarkan sebagai makhluk yang selalu ingin melakukan hubungan seksual.
Apabila ia (perempuan) tidak mau, maka tinggal dipaksa sedikit saja, nanti
lama-lama juga akan menikmati. Padahal pemaksaan dalam hubungan seksual itu
merupakan tindak kriminal perkosaan yang merupakan 1 dari 15 jenis kekerasan
seksual menurut catatan Komnas Perempuan. Frasa menikmati paksaan dalam
hubungan seksual juga sering dipakai oleh kepolisian saat meminta keterangan
dari korban perkosaan. Bahkan, salah satu calon hakim agung, Daming pun pernah
menyatakan hal ini saat sedang uji kelayakan dan kepatutan. “Korban perkosaan dan pelaku sama-sama
menikmati perkosaan”! Ini jelas-jelas salah, mana ada paksaan yang bisa
dinikmati?
- Perempuan
berpakian seksi tanda “mengundang”
Ini mitos juga salah total. Dalam film
bokep, pemeran perempuan biasanya digambarkan berpakaian seksi sebagai tanda “mengundang”
birahi laki-laki. Ini jelas salah total tapi sering dipercaya. Dalam kehidupan
nyata, tidak ada korelasinya antara pakaian perempuan dengan mengundang birahi
itu. Biarpun perempuan itu berpakian seksi, bukan berarti ia sedang ingin
mengoda laki-laki untuk berhubungan seksual dengannya. Mitos ini tertanam
begitu kuat dalam masyarakat, bahwa perempuan dengan pakaian seksi adalah perempuan
tidak bermoral dan penggoda, sehingga sudah sepatutnya ia bisa diperkosa. Ini
juga yang sering dipakai sebagai pembenaran bagi pelaku yang sering kali
menuduh korban yang menggoda dirinya.
- Semua
bisa diselesaikan dengan seks
Banyak film bokep yang memiliki alur cerita
yang kurang lebih sama, perempuan digambarkan saat memiliki masalah, misalnya
memiliki hutang, kalah taruhan judi, merusak barang kesayangan majikan, telat
menyelesaikan laporan kerja akan menyelesaikan masalah itu dengan hubungan
seks. Ini juga jelas salah. Bukan berarti saat perempuan sedang menghadapi
masalah, dia akan menyelesaikannya dengan hubungan seks.
Nah, kita harus menduga bahwa kekerasan seksual yang terjadi
di masyarakat saat ini bukan semata-mata karena nafsu dari pelaku, tetapi
karena persepsi yang salah yang sudah tertanam begitu kuat di otak laki-laki
tentang “tanda” dari perempuan.
Teori lain yang bisa menjelaskan ini adalah teori
Stimulus-Respon dan model komunikasinya Shannon dan Weaver. Dalam teori
Stimulus-Respon, asumsinya adalah stimulus (ransangan) akan menghasilkan respon
(aksi). Komunikasi berhasil apabila stimulus dan respon yang diharapkan adalah
sama. Namun, bila mengacu pada model komunikasinya Shannon dan Weaver, dari
proses Stimulus sampai ke respon, ada proses encoding dan decoding
yang mengandalkan referensi dan pola pikir seseorang.
Referensi dan pola pikir individu yang sudah kecanduan film bokep
pasti akan menghasilkan distorsi (ketidakaturan) antara stimulus dengan respon.
Respon pencandu bokep tidak sama dengan stimulus yang diberikan, jadilah kekerasan
seksual.
Film bokep kalau mau dilarang 100 persen agak mustahil,
apalagi di tengah era internet seperti sekarang ini. Ada 10 juta situs bokep di
dunia, kalau mau diblock satu per satu, rasanya sia-sia. Hari ini block satu,
besok muncul 10 situs baru. Yang penting, saat menonton film bokep, tontonlah
dengan penuh kesadaran bahwa semua adegan di film itu adalah bohongan semua.
Para pemainnya adalah artis professional yang dibayar. Jalan ceritanya penuh
dengan mitos dan dramatisasi. Di sini pentingnya literasi media.
Literasi media5 artinya kemampuan untuk memahami,
menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan
hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak)
menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan
diakses. Literasi media muncul dan mulai sering dibicarakan karena media
seringkali dianggap sumber kebenaran, dan pada sisi lain, tidak banyak yang
tahu bahwa media memiliki kekuasaan secara intelektual di tengah publik dan
menjadi medium untuk pihak yang berkepentingan untuk memonopoli makna yang akan
dilempar ke publik.
Keterangan:
1.http://www.merdeka.com/peristiwa/ayah-tiri-paksa-anak-nonton-film-porno-kemudian-diperkosa.html
2. http://news.metrotvnews.com/read/2014/10/29/311887/pemerkosa-far-acap-nonton-film-porno
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kultivasi
4. http://malesbanget.com/2011/08/mitos-salah-yang-diajarkan-film-porno/
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_media
Komentar
Posting Komentar