Enaknya Menjadi Laki-Laki di Indonesia!
![]() |
Kelas Feminisme Dasar yang diadakan oleh Jurnal Perempuan (30/10/14). Dok: Jurnal Perempuan |
Namaku Elwi Gito. Aku laki-laki. Aku si sulung dengan tiga
adik perempuan. Aku dibesarkan dalam tradisi budaya Tionghoa yang partilinear. Aku
hidup dengan semua keuntungan. Keuntungan karena aku anak laki-laki sulung dan
satu-satunya ditambah lagi aku tinggal di Indonesia yang partiarkhis.
Aku ingat betul ada sebuah doa yang cukup termahsyur, “Aku bersyukur pada-Mu Tuhan, karena Engkau
jadikan aku bukan sebagai budak dan bukan sebagai perempuan”. Ah, dalam
hati, aku mengamini doa itu.
Aku beruntung karena aku laki-laki. Aku bisa mengatur
sendiri pakaianku. Aku bebas mau pakai ini atau pakai itu. Tidak seperti
perempuan, yang pakaiannya saja harus diatur-atur oleh masyarakat. Bahkan, seolah
tak mau kalah, pemerintah pun ikut turun tangan mengatur pakaian perempuan
lewat sejumlah kebijakan. Komnas Perempuan menamainya dengan kebijakan
diskriminatif. Kata mereka, jumlahnya ada 365. Dari angka itu, sebanyak 279
kebijakan langsung menyasar tubuh perempuan. Ah, jadi perempuan memang sial,
pakaian pun harus diatur-atur.
Sebagai laki-laki, aku bebas muncul di ruang publik tanpa
harus mikirin urusan domestik. Aku bebas nongkrong di kedai kopi, tanpa harus
mikirin cucian dan setrikaan. Urusan cucian dan setrikaan biar perempuan
sajalah yang urus. Kita laki-laki lebih baik ngobrolin politik, sastra, dan
bisnis. Aku juga bebas keluar malam tanpa takut harus ditangkap satpol PP.
Tidak seperti perempuan yang harus sudah di rumah saat malam tiba. Di
Gorontalo, Perempuan dilarang ke luar rumah dari jam 00.00- 04.00. Bahkan, di
Tangerang, seorang perempuan yang masih di ada di jalan di atas jam 21.00 harus
siap-siap ditangkap sama satpol PP.
Kalau suatu saat nanti, aku gagal menahan penisku sehingga
aku memperkosa seorang perempuan, aku tidak perlu takut. Hukum di Indonesia toh
sangat patriakhis dan menguntungkan laki-laki. Selain kasus perkosaan membutuhkan
saksi yang sangat-sangat sulit dicari karena perkosaan biasanya dilakukan di ruang-ruang
gelap dan privat, tidak mudah pula buat perempuan korban melaporkan kasusnya.
Biasanya mereka takut, dan merasa malu. Kalau pun korban itu melapor, biasanya
ditanggapi dingin oleh Arapat Penegak Hukum (APH) yang juga adalah laki-laki
walau sekarang sudah ada Unit khusus untuk Perempuan dan anak. Paling-paling
perempuan korban tersebut akan dianggap menggoda penisku dengan rok mininya,
dan masyarakat akan memaklumi perbuatanku. Santai sajaa ...
Bila aku menikah suatu hari nanti dan tidak punya keturunan,
aku sangat boleh untuk menikah lagi. Bahasa kerennya Poligami! Poligami ini
dijamin loh oleh undang-undang perkawinan tanpa melihat siapa yang mandul.
Kalau istriku nanti mandul, aku boleh nikah lagi. Kalau aku yang mandul,
istriku tidak boleh nikah lagi. Enak ‘kan jadi laki-laki?
******************************
Dengan semua keuntungan menjadi laki-laki di Indonesia yang
patriakhis, lalu kenapa aku belajar feminisme?
Menjadi feminis bukan berarti menjadi perempuan, aku tetap
laki-laki, aku tetap berpenis, aku hanya mengganti cara pandang. Feminisme
berangkat dari pemikiran bahwa di dunia ini ada ketidakadilan yang terjadi di
mana perempuan menjadi pihak yang sub-ordinat, dan laki-laki menjadi
episentrumnya.
Ketidakadilan-ketidakadilan itu kemudian dilembagakan dalam
nilai dan norma masyarakat. Tidak berhenti di situ, Ketidakadilan itu juga
diinstitusionalisasikan dalam peraturan negara, bahkan juga dipatrikan dalam
kitab-kitab suci. Tubuh perempuan merupakan tempat di mana semua ketidakadilan
berkumpul dan praktik ini sudah ada sejak 2300 tahun yang lalu.
Tutur-tutur perempuan tidak pernah dianggap
penting.Pengalaman ketubuhan mereka dianggap tidak rasional. Mereka dihilangkan
dari sejarah dan dari kebudayaan. Perempuan selalu dianggap lemah, tidak berdaya
dan hanya bisa mengurusi pekerjaan domestik: dapur, sumur dan kasur. Bila ada
perempuan yang keluar dari pola itu,
maka seluruh masyarakat akan mencibirnya seolah itu adalah dosa besar!
Contoh paling anyar terjadi pada Ibu Menteri kelautan dan
Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti. Saat beliau ditunjuk menjadi menteri, maka
yang disorot dan diperbincangkan adalah personalnya, bukan kinerjanya.
Kebiasannya merokok, ditambah bertato dan status janda yang disandangnya
menjadi fokus utama bukan ide dan gagasannya.
Selama berabad-abad, kita sebagai laki-laki menikmati begitu
banyak keuntungan menjadi laki-laki dalam dunia yang dibangun dengan paradigma
laki-laki ini. Sekarang sudah saatnya, keuntungan-keuntungan yang sudah kita
rampas itu kita kembalikan kepada pemiliknya, yakni perempuan. Tidak mudah
memang, sebagai pihak yang sudah menikmati keuntungan yang begitu besar dari
ketidaksetaraan ini, pasti kita laki-laki akan menolak konsep kesetaraan ini. Di sinilah titik uji kebijaksanaan kita sebagai
seorang laki-laki, apakah kita akan terus menjaga ketidaksetaraan ini demi
keuntungan kaum kita semata, atau memperjuangkan konsep kesetaraan untuk dunia
yang lebih adil, untuk Ibu kita, untuk adik perempuan kita, untuk saudara
perempuan kita, dan untuk kita semua!
Bergabung dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) adalah salah satu cara untukku mengembalikan
hutang-hutang itu. Mempromosikan nilai-nilai laki-laki baru dan kesetaraan
adalah cara yang terbaik untuk menciptakan dunia yang seimbang, dunia yang
menjamin kesetaraan dan harmoni antar seluruh penghuninya.
“Pada mulanya adalah Ibu” Kata Marilyn French dalam bukunya “Beyond
Power: Men, Women dan Morals” tahun 1985. Sesungguhnya para pembesar, para pesohor,
para nabi, kita semua tidak dilahirkan oleh sejarah, tetapi dilahirkan oleh
Ibu.
Hai Mas suka deh sama tulisannya. Seneng banget liatnya ada laki-laki feminis yang sadar kalo patriarki itu merugikan gak cuma perempuan tapi laki-laki juga sebenernya ikut dirugikan. Btw, gimana cara gabung ke komnas perempuan mas atau ada acara-acara komnas perempuan gitu? Aku minat banget sama feminisme dan skripsiku juga tinjauan feminis. Sayang aja sekarang-sekarang aku gak bisa ikut seminar-seminar feminisme karena udah lulus.
BalasHapusTerimakasih
Haloo siregarkhairunnisa,
BalasHapusterima kasih sudah membaca tulisan ini. Untuk mengikuti aktivitas Komnas Perempuan, sila follow via twitter di @KomnasPerempuan, atau gabung di Grup Facebook: Komnas Perempuan - Group, atau kamu juga bisa pantengin websitenya di www.komnasperempuan.or.id
Untuk bergabung dengan Komnas Perempuan, sistem rekrutmennya serupa dengan perusahaan pada umumnya, nanti akan dibuka lowongan sesuai kebutuhan.
Salam,