catatan si anak magang : SEJUTA KISAH #BUKANMAEN MAGANG DI KOMNAS PEREMPUAN

*tulisan ini berdasarkan memoarku selama magang di Komnas Perempuan selama 6 minggu, and here we go . ..

Aku di depan kantor Komnas Perempuan

Awal Kisah


Kisah perjalanan ini dimulai ketika aku sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara mengambil mata kuliah magang sebagai syarat meraih strata satu Ilmu Komunikasi. Banyak referensi tempat magang (terutama media) yang direkomendasikan oleh teman-teman maupun senior-seniorku. Namun, aku merasa kurang sreg dengan tempat-tempat magang itu. Selain karena smainstream (aku adalah pribadi yang ingin selalu tampil beda), pikiranku tentang media pun sudah berubah semenjak menonton film ‘Di Balik Frekuensi” karya Ucu Agustin. Sampai pada suatu saat, tiba-tiba kata Komnas Perempuan hadir di benakku. Kebetulan aku tidak terlalu asing dengan Komnas Perempuan. Aku sering mengikuti diskusi-diskusi yang diadakan oleh Komnas perempuan. Bahkan, di Kampusku, aku pernah mengundang Komnas Perempuan sebagai pembicara. Lalu aku putuskan untuk mencoba magang di redaksi Komnas Perempuan, dan gayung pun bersambut . . .


Perjalanan dimulai

Terima kasih semesta, doaku terkabul. Aku dipanggil untuk interview di Komnas Perempuan. Setelah interview, aku diminta untuk hadir dalam acara pengenalan Komnas Perempuan bagi karyawan baru di Hotel Acacia. Aku diterima magang di Komnas Perempuan. Hampir tak percaya rasanya, tapi ini nyata. Sekali lagi, Aku diterima magang di Komnas Perempuan.

Hari itu tanggal 25 Maret 2013, aku pergi ke Hotel Acacia dengan semangat ’45. Di sana, aku mendapat materi tentang sejarah berdirinya Komnas Perempuan yang membuat aku bergidik. Komnas Perempuan lahir dari dorongan masyarakat pada saat kerusuhan rasial Mei 1998 terutama serangan seksual yang menimpa perempuan-perempuan etnis Tionghua.

Selain itu, aku juga diberi materi tentang visi, misi, serta landasan kerja Komnas Perempuan yang kesemua itu semakin membuatku mantap untuk magang di anak sulung reformasi ini.

1 April 2013, aku mulai hari pertamaku magang di Komnas Perempuan. Aku tiba pukul 8 pagi, suasana masih sangat sepi. Aku manfaatkan situasi ini untuk beradaptasi dengan kantor Komnas Perempuan yang beralamat di jl Latuharhary 4b, Menteng ini. Hari pertama aku belum banyak mendapat tugas, aku hanya diminta untuk membaca buku yang ada di sana dan memilah kliping-kliping artikel media.

Hari-hari berikutnya benar-benar melebihi ekspektasiku. Aku mendapat banyak pengalaman berharga utama kaitannya dengan isu-isu perempuan dan kekerasan, serta korban-korban kerusuhan masa lalu yang belum tuntas sampai sekarang ini. Aku masih ingat dengan jelas konferensi pers Ardina Rasti yang mengalami kekerasan dari pacarnya, serta Dj Verni yang dihamili oleh Deni Sumargo. Seperti yang disuarakan oleh Grup Band Simponi lewat lagunya, “sister in danger”. Perempuan rentan mengalami kekerasan seksual apalagi di negeri yang menganut kebudayaan patriaki ini, dan sudah menjadi tugas kita bersama untuk mencegah hal itu terjadi.

aku dan Grup Band Simponi di diskusi rabu perempuan

Diskusi-diskusi rutin seperti rabu perempuan atau pun diskusi-diskusi informal sambil menyeruput kopi papua membuatku tersadar bahwa masih banyak tugas untuk menghapus diskriminasi gender di republik ini. Republik ini dulunya sangat feminin, sekarang bahkan tak ada ruang yang setara antara feminin dan maskulinitas.
Hal lain yang masih aku ingat dengan jelas adalah saat Komnas Perempuan melakukan audiensi di Kompas Tv. Media memainkan peran yang sangat penting. Media tanpa adanya perspektif gender dan keberpihakan pada korban akan menyiarkan berita yang malah merevikmisasi korban.
Tidak hanya menyoal isu-isu perempuan, media dan kekerasan seksual. Aku juga berkesempatan untuk berkenalan dengan ibu Nani Nurani, penyanyi kebanggaan Bung Karno yang menjadi korban politik Orde Baru. Aku bahkan berkesempatan membuat resensi buku otobiografinya. Sebuah tugas yang terlalu bagus untuk ditolak.

Enam minggu magang di Komnas Perempuan, banyak sekali pencerahan yang aku dapat. Tidak hanya di Jakarta, penulis pun berkesempatan untuk mengikuti acara Komnas Perempuan di Solo.
Komnas Perempuan dan Jejer Wadon mengadakan napak tilas reformasi di Solo, 11-12 Mei 2013. Acara ini benar-benar menguras emosi penulis. Aku benar-benar banyak belajar tentang sejarah tragedi Mei 1998 yang sebenarnya langsung dari para pelaku sejarah, dan aku bahkan tak mampu membendung air mata saat salah satu penyair di Solo membaca puisi tentang peristiwa kelam tersebut. Sangat-sangat kelam, sangat-sangat emosional. . .
Suasana emosional di Solo berlanjut keesokan harinya ketika mbak Andy bercerita tentang dirinya saat peristiwa itu terjadi. Aku juga berentintas Tionghua, walau tidak menjadi korban 1998, aku bisa merasakan emosi yang keluar dari tiap-tiap kata-kata yang keluar di tempat itu. Aku bahkan masih ingat dengan jelas pesan mbak Andy sebagai penutup acara tersebut,
“Menenang persitiwa Mei 1998 itu sakit, sangat teramat sakit, tapi akan lebih sakit lagi kalau kita melupakan peristiwa tersebut. Kita harus tetap ingat agar tidak ada kejadian serupa di kemudian hari”
Aku sangat berterima kasih kepada Komnas Perempuan atas semua pencerahan yang aku alami selama periode magang. Aku berkenalan dengan banyak pelaku sejarah, aktivis feminis sampai para penyintas seksual. Aku merasa menjadi pribadi dengan pemikiran baru setelah menyelesaikan periode magang ini.

Bangga menjadi bagian dari Komnas Perempuan

Aku bangga setidaknya pernah menjadi bagian dari Komnas Perempuan. Bagi saya, Komnas Perempuan tidak hanya lagi sebatas tempat magang, tetapi lebih dari itu. Komnas Perempuan menjadi “kawah candradimuka” yang sudah mengubah hidupku. Komnas Perempuan aku tempatkan sebagai bagian dari cerita hidup yang tak mungkin aku lupakan.
Keluarga besarku di kampus juga bangga dengan diterimanya aku di lembaga nasional penegak HAM ini. Beberapa teman-teman dan dosenku secara terang-terangan menyatakan rasa bangganya terhadapku. Bahkan, tak jarang dari mereka yang mengatakan sangat terinspirasi untuk mencoba magang di tempat-tempat “yang tak biasa’.


 
“Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak ada manusia yang tak pernah jomblo”

Kalo boleh memberikan kritik konstruktif kepada Komnas Perempuan. Aku ingin agar Komnas Perempuan membuka kesempatan yang selebar-lebarnya bagi mahasiswa yang ingin magang. Selain itu, Komnas Perempuan membentuk tim yang khusus memantau grup facebook Komnas perempuan agar grup tersebut benar-benar berisi diskusi-diskusi sehat mengenai isu-isu perempuan. Hal lainnya, adalah percepatan penulisan sejarah resmi berdirinya Komnas Perempuan sampai sekarang ini, agar catatan sejarah ini tidak keduluan ditulis oleh pihak-pihak lain. Terakhir, agar Komnas Perempuan memperbanyak diskusi-diskusi terutama di sekolah-sekolah dan universitas.

Penutup
“seribu mil perjalanan, dimulai dari langkah pertama” Konfusius
Perjalanan menuju Indonesia dan dunia tanpa diskriminasi gender sangat-sangat panjang, tapi asalkan terus melangkah, niscaya pasti akan sampai.



Salam hormat untuk semua Keluarga Besar Komnas Perempuan

Komentar

  1. Mantap sekali, Ko Epo. ^^
    Cihuuiy..aku nie salah satu yang terinspirasi buat magang di tempat non-mainstream juga. Hohoho...doakan bisa ya. ^^v
    Terima kasih banyak sharing na.

    BalasHapus
  2. Puji Tuhan, tulisan ini dapat menginspirasi yang lain ..


    lanjutkan .. !!!

    BalasHapus
  3. Halo kak, saya juga berkeinginan untuk magang di komnas ham. Hanya saja saya baru semester 5 jurusan ilmu politik di UI. Yang saya ingin tanyakan, persyaratan apa saja yang kakak bawa untuk melamar magang disana? Terimakasih banyak kak:)

    BalasHapus
  4. Maaf, maksud saya sebelumnya komnas perempuan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo juga ..

      waktu itu aku cuman mengirim surat lamaran, cv, surat keterangan dari kampus serta transkrip nilai. itu saja. .

      semoga keterima di Komnas HAM

      Hapus
  5. Mohon maaf Kak, apakah ada fee yg diberikan? Contohnya uang transportasi? Trims.

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena Komnas Perempuan, adl lembaga Nirlaba, tentunya tidak ada fee yang diberikan. aku kemarin pas magang cuman dikasih makan siang bersama saja. .

      Hapus
  6. baca ini jadi tertarik nih, kebetulan aku semester 7jurusan HI, lg cari2 tempat magang juga.. disini orang2nya welcome sama anak magang ngga ya? terus.. ini lokasinya deket komnas ham gak sih? soalnya setau ku komnas ham jg di latuharhari hehehee

    BalasHapus
  7. Tetap jaga terus semangatmu ya... salam, yuli muth

    BalasHapus
  8. Tetap jaga terus semangatmu ya... salam, yuli muth

    BalasHapus
  9. Halo kak, ingin bertanya dalam semiggu kita memiliki kewajiban berapa kali datang ya? Atau sistem per minggu nya seperti apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idealnya ya penuh waktu. Senin-Jumat, pk 09.00-17.00 WIB. Tapi setauku, bisa dinegosiasikan antara peserta magang dengan atasan langsung. Berhubung sekarang lagi pandemi, mungkin ada kebijakan baru. Kamu langsung tanya aja yaa ke Komnas Perempuannya.

      Hapus
  10. Halo kak terimakasih banyak ya atas sharingnya, aku mau tanya kalo magang di komnas perempuan itu kita perlu menuliskan bagian departemen yang ingin kita tuju atau nanti langsung diatur oleh pihak komnas perempuan nya kak? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo! Kalau kamu sudah tau mau magang di bagian apa, ya lebih baik dituliskan saja sih.

      Hapus
    2. Ohh baik kalau begitu kaa! terimakasih banyak infonya

      Hapus
  11. Halo kak, menarik banget tulisannya :) Aku mau tanya, job desc magangnya apa ya? Apa membantu mengadakan konferensi2? Terus untuk liat syarat2 dan lowongannya dimana ya? Kok saya cari2 gak ada...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Annisa,

      Waktu itu sih, aku kebagian peranan buat bantu2 kegiatan Komnas Perempuan terutama di bidang komunikasi, dan pelaksanaan even. Selain itu, juga bantu2 bikin liputan, dll

      Nah, untuk syarat2 dan lowongan magangnya, bisa langsung ditanyakan ke Komnas Perempuan yaa.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eddie Lembong, Penggagas Penyerbukan Silang Budaya Meninggal Dunia

Sejarah Pedasnya Cabai di Indonesia

Begini Rasanya Bekerja di Komnas Perempuan