Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

Santai Sore di Warung KOPHI

Gambar
We Love Earth Aroma kopi panas, di tengah hangatnya matahari sore, plus canda gurau bersama teman-teman, mungkin sudah menjadi rutinitas para sosialita ibu kota. Mulai dari kelas karyawan, mahasiswa hingga kalangan eksmud dan pejabat. Rutinitas nongkrong di warung kopi menjadi jawaban bagi kebutuhan akan berbagi setiap insan. Beberapa waktu lalu, aku diundang oleh seorang teman untuk bersantai sore di warung kopi. Namun, bukan warung kopi biasa. Ini warung KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) di @america, Pasific Place, (15/10).   Sama seperti warung kopi pada umumnya, warung KOPHI diisi dengan diskusi, terutama mengenai isu-isu lingkungan, khususnya sampah plastik dan styreofoam . Tidak hanya itu, acara ini juga diisi oleh pemutaran film dokumenter “If Earth Could Speak” dari teman-teman LSPR dan juga sharing session dari alumni SUSI (Study Unites States Institute). KOPHI sendiri merupakan suatu perkumpulan anak-anak muda yang punya satu visi menciptakan lingkunga

[KontraS] TKI Tunggu Hukuman Mati, Presiden Asyik Dagelan Tukar Menteri

Gambar
suasana konpres KontraS Idealnya, presiden yang baik adalah presiden yang mampu melindungi setiap warga negaranya di mana pun, tak terkecuali di luar negeri. Namun, lucunya negeri ini, ketika ada salah satu warga negara yang tengah menunggu hukuman mati di Arab Saudi, presiden malah asik berdagelan politik berlabel resuffle menteri. Adalah Tuti Tursilawati, TKI asal Cikeusik yang kini tinggal menghitung hari menjelang eksekusi hukuman mati bila presiden masih sibuk dengan dagelan politiknya. Tuti Tursilawati divonis hukuman mati karena membunuh majikan yang mencoba berbuat asusila terhadapnya. Vonis hukuman mati ini sungguh mencoreng nama keadilan, dan untuk itu harus ditolak. Tuti adalah korban yang mencoba membela diri ketika hendak diperkosa majikannya, sungguh tak adil bila Tuti akhirnya harus menjalani hukuman ini, seperti yang disuarakan oleh KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dalam pernyataan sikap bersama di kantor Kontras 14 Oktober

Diskusi (R)UU Intelijen di Dewan Pers

Gambar
Suasana diskusi di dewan pers Jumat (7/10), Dewan Pers mengadakan diskusi “Bedah Pasal-pasal RUU Intelijen Negara dari Perspektif Kebebasan Informasi dan Kebebasan Pers”. Diskusi ini diadakan di Gedung Dewan Pers, jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat dan dihadiri oleh berbagai pihak, diantaranya, AJI, IJTI, mantan anggota DPR RI, wartawan-wartawan, dan berbagai pihak lainnya. Fikom Untar sebagai salah satu institusi perguruan tinggi yang bergerak dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik, juga tidak ketinggalan dalam diskusi ini. Fikom Untar diwakili oleh Dekan, Dr. Eko Harry Susanto, M.Si dan dua orang mahasiswa, Elwi dan Nurul Khotimah. Diskusi itu bertujuan untuk bertukar pikiran antar sesama praktisi bidang jurnalistik mengenai RUU Intelijen yang meresahkan kebebasan pers. Dimoderatori oleh   Agus Sudibyo, Mufti Makaarim, dan Al-‘Arf, diskusi ini berjalan dengan luwes. Banyak pendapat-pendapa kritis terutama mengenai keterbukaan informasi dan beberapa pasal karet yan

Pesan dari Madura : Mengabdi Untuk Negeri Melalui Komunikasi

Gambar
Peserta Rakernas IMIKI dari seluruh Indonesia Madura, sebuah pulau kecil di ujung timur Jawa dipilih sebagai tempat penyelenggara Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI). Bertempat di Universitas Trunojoyo (Unijoyo), 29 Oktober-1 November 2011, Rakernas IMIKI  berlangsung lancar tanpa ada ganguan berarti. IMIKI sendiri merupakan suatu organisasi nasional mahasiswa fakultas/jurusan ilmu komunikasi yang memberikan ruang bagi anggota-anggotanya untuk menjalin silahturahim pada umumnya,  serta saling berbagi pengetahuan yang terkait dengan studi komunikasi. Rangkaian Rakernas IMIKI dimulai dengan pembukaan oleh Pengurus Pusat IMIKI, lalu seminar Nasional Peran “Media Watch dan Bagaimana Membangunnya” oleh Sirikit Syah, pemutaran film oleh komunitas film Unijoyo, malam keakraban, bakti sosial di SMAN 2 Bangkalan, rapat kerja, dan diakhiri dengan perjalanan mengeksplorasi pantai Camplong di Madura. Sekjen IMIKI dari Universitas Budi Luhur, Kha

Perspektif Pers, Editorial Harian Media Indonesia & Republika

Gambar
Perspektif dan pers merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Walau sama-sama berikrar janji untuk menyajikan berita yang berimbang dalam satu wadah bernama Kode Etik Jurnalistik (KEJ), tetap saja kita sulit menemukan keberimbangan mutlak dalam suatu pemberitaan. “Cover Both Side” yang selama ini didengung-dengungkan setiap insan pers sepertinya hanya ada di buku-buku pelajaran. Era kebebasan berpendapat seperti ini, sepertinya sudah melenceng jauh dari makna sesungguhnya, makna ketika pers itu masih terkukung dan terkubur dalam belenggu. Dewasa ini, pers cenderung aktif menjadi pemain, mungkin sudah bosan hanya menjadi pengamat. Pers bahkan sudah mampu mengarahkan dan membentuk opini pemirsanya lewat pemberitaan yang berulang-ulang dalam bingkai bernama agenda setting dan farming. Sebagai pilar keempat dalam era demokrasi seperti ini, pers jelas mempunyai potensi untuk membentuk karakter dari suatu objek dan mematrikannya di otak pemirsa. Hal inilah yang membuat banyak politis