Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Bangku Taman Tutup Rangkaian Ulang Tahun Prambors

Gambar
Radio Prambors. . . Tentu pembaca sudah tahu tentang radio satu ini. Prambors merupakan salah satu radio yang masih eksis di tengah gempuran internet dan televisi. Radio Prambors yang merupakan kependekan dari Prambanan Mendut Borobudur dan sekitarnya ini baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-40 di Ex plaza 18-20 Maret lalu. Tentu saja merupakan sebuah perjalan panjang di dunia radio Indonesia. Di ulang tahunnya yang ke-40 ini, Prambors mengambil tema "Age is just a number, but Young is Forever" Yup, Umur memang hanya sebuah angka, tidak penting seberapa banyak umur Anda, yang penting jiwa tetap muda, haha. . Saya sendiri berkesempatan hadir di acara itu, saya hadir di hari penutupan rangkaian acara. Sebagai penutup, Prambors menghadirkan band Bangku Taman. Sebagai penutup, Band Bangku Taman sukses mengajak pengunjung Ex Plaza untuk bergoyang sejenak. Di acara ini, Prambors menghadirkan papan memori yang berisikan rekam jejak lika-liku 40 tahun Prambors. Any way selamat

DPM Fikom Untar Training

Gambar
Soe Hok Gie, seorang mahasiswa dan aktivis ‘66 pernah berkata “Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.” Menjadi seorang mahasiswa sejati tidaklah mudah. Mahasiswa sejati berarti mahasiswa yang menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi dalam kehidupannya sehari-hari. Akademis, penelitian, dan pengabdian masyarakat harus menjadi menu utama agar kampus benar-benar menjadi kawah candradimuka bagi seorang mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat. Atas pemikiran itu, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fikom Untar mengadakan DPM Training. DPM Training merupakan sebuah bentuk latihan kepemimpinan bagi mahasiswa Fikom Untar yang diselenggarakan pada 11-13 Maret di Vila

Keterbukaan Komunikasi Dalam Kompleksitas Sosial Ekonomi

Gambar
Kebebasan berkomunikasi meningkatkan tuntutan dan harapan yang lebih besar dalam upaya mencapai kesejahteraan. Memasuki era reformasi demokratisasi dalam berbagai kehidupan semakin menguta. Namun jika tidak dijalankan dengan beradab, maka bisa saja terperangkap dalam pengertian negative. Sebab “Demokrasi merupakan sistem pemerintahan terburuk karena membiarkan mayoritas berlaku sewenang-wenang”, setidaknya itulah yang diungkapkan Plato, seorang filsuf besar 4 abad sebelum masehi. Dalam konteks itulah, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), yang antara lain dimotori oleh Drs. A. Junaedi, M.Si- dosen Fikom Untar dan wartawan senior The Jakarta Post, bekerja sama dengan beberapa LSM lainnya mengadakan sebuah diskusi yang membahas seputar ketegangan antara demokrasi dan kompleksitas masalah sosial, ekonomi dan politik. Acara ini berlangsung di Warung Daun, jalan Cikini raya pada Kamis, 3 Maret 2011. Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ezki Suyanto, Maria Hartiningsih, Ihsa

Kisruh PSSI dan Pengalihan Isu

PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) merupakan salah satu induk olah raga tertua yang sudah berdiri sejak zaman Belanda. PSSI sudah berdiri sejak 1930, jauh lebih tua dari usia republik ini sendiri. Dalam perkembangannya, PSSI setidaknya sampai era 80-an mampu menorehkan prestasi dan mencetak pemain-pemain yang segani lawan maupun kawan. Bahkan, piala dunia 1986 di Mexico, Indonesia hanya perlu selangkah lagi untuk mengikuti pehelatan sepak bola seantero dunia tersebut, sayang mimpi itu harus dikubur, Korea Selatan waktu itu berhasil menggungguli timnas kita. Memasuki era 90-an dan milenium baru, prestasi PSSI semakin meredup, terlebih sejak diambil alih oleh Nurdin Halid. Nurdin Halid, seorang kader partai Golkar menahkodai induk organisasi sepak bola itu sejak 2003 dan praktis tidak ada satu pun prestasi selain piala kemerdekaan di tahun 2008 dan itu pun dikarenakan Libya, sang lawan di final menyatakan Walk Out (WO). Dewasa ini, Nurdin Halid dan PSSInya kembali menuai kepop

Perspektif Pers, Editorial Harian Kompas & Seputar Indonesia

Perspektif dan pers merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Walau sama-sama berikrar janji untuk menyajikan berita yang berimbang dalam satu wadah bernama Kode Etik Jurnalistik (KEJ), tetap saja kita sulit menemukan keberimbangan mutlak dalam suatu pemberitaan. “Cover Both Side” yang selama ini didengung-dengungkan setiap insan pers sepertinya hanya ada di buku-buku pelajaran. Era kebebasan berpendapat seperti ini, sepertinya sudah melenceng jauh dari makna sesungguhnya, makna ketika pers itu masih terkukung dan terkubur dalam belenggu. Dewasa ini, pers cenderung aktif menjadi pemain, mungkin sudah bosan hanya menjadi pengamat. Pers bahkan sudah mampu mengarahkan dan membentuk opini pemirsanya lewat pemberitaan yang berulang-ulang dalam bingkai bernama agenda setting dan farming. Sebagai pilar keempat dalam era demokrasi seperti ini, pers jelas mempunyai potensi untuk membentuk karakter dari suatu objek dan mematrikannya di otak pemirsa. Hal inilah yang membuat banyak politisi at