Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Apa dan Mengapa Pundi Perempuan?

Gambar
Aku bersama Yulita dan Mia, tim dari Komnas Perempuan! Halo every body! Ceritanya kamis malam kemarin (25/9), aku berada di tengah-tengah pertunjukan resital piano sang Maestro musik klasik, Ananda Sukarlan dalam tajuk Ananda untuk Perempuan Indonesia. Resital ini dihelat di Terrace Garden Hotel Four Seasons, Jakarta. Para hadirin yang datang disuguhkan permainan piano yang luar biasa dari sang maestro yang lama tinggal di Eropa ini. Resital ini menampilkan cuplikan-cuplikan dari Opera Clara yang akan dipentaskan desember nanti. Opera Clara diadopsi dari cerpen yang juga berjudul Clara karya Seno Gumilar Ajidarma. Cerpen Clara bercerita tentang Clara, seorang gadis Tionghoa yang diperkosa di jalan tol di Mei 1998. Cerpen Clara merupakan salah satu kisah yang paling memilukan tentang perkosaan gadis-gadis Tionghoa 16 tahun lalu. Resital Piano Ananda untuk Perempuan Indonesia merupakan salah satu kampanye Pundi Perempuan, yang digagas oleh Komnas Perempuan dan Indonesia un

Keterasingan: Fenomena Mengapa Orang Manyun Bila ke Kantor

Gambar
Gambar dari http://www.portalhr.com/ Kamu sering manyun ke kantor ? Kalau iya, silahkan terus baca sampai akhir artikel ini. Senin lalu, Franz Magnis Suseno mengisi salah satu kelas extention course yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, temanya cukup menarik yakni Manusia dan Pekerjaan. Aku cukup menanti kelas ini. Ada banyak pertanyaan di otakku, kenapa kita harus bekerja? Apa sih itu sebenarnya hakikat dari bekerja? Kenapa ada orang yang begitu semangat bekerja di saat yang lain terus-terus ngedumel tentang pekerjaannya? Kelas yang dibawakan oleh Franz Magnis cukup bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Franz Magnis membawakan pemikiran Hegel dan Marx ke dalam kelas ditambah sedikit sangahan dari Jurgen Habermas. Aku sendiri tidak begitu yakin aku sudah mengerti apa yang Franz Magnis terangkan di kelas. Di tengah keragu-raguanku dalam mengerti itu, aku akan sampaikan beberapa point yang berhasil aku tangkap untuk kita diskusikan nantinya

Mari Gelisah Bersama!

Gambar
Mari Gelisah Bersama! Sesungguhnya sejak aku bergabung di Komnas Perempuan, aku merasakan gelisah tiap bangun pagi dan jelang tidur malam. Aku gelisah akan hal ini, gelisah akan hal itu, aku gelisah akan semuanya. Di Komnas Perempuan, aku harus berhadapan dengan realita, ya dengan realita! Realita yang tidak seindah perpustakaan kampusku, realita yang tak seindah “dongeng” yang diceritakan oleh guru-guru SMA-ku. Bersentuhan dengan realita membuaku gelisah, gelisah dan gelisah .... Dulu aku bangga dengan ponsel baru! Sekarang aku gelisah ketika temanku dengan bangga ganti ponsel baru. Tidakkah dia tau di negeri lain di ujung sana, ada korban anak yang teracuni timbal dari ponsel baru tersebut? Dulu aku bangga bisa beli sepatu futsal baru! Sekarang aku gelisah ketika ada seorang teman yang dengan begitu bangga bisa pamerin sepatu futsal barunya, yang katanya diproduksi secara terbatas. Tidakkah dia tahu, di balik sepatu futsal barunya itu, ada anak-anak yang