Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Jadi Laki-Laki Feminis, Mungkinkah?

Gambar
Majalah Femina, edisi 15-21 Agustus 2015, halaman 61 Sebelum kamu meneruskan membaca tulisan ini, baiknya kamu ke toko buku atau kios majalah dulu. Lalu, kamu beli Majalah Femina, edisi 15-21 Agustus 2015 yang cover depannya, kak Anindya Kusuma Putri, Putri Indonesia 2015. Setelah majalah Femina nya ada di tangan kamu, langsung saja dibuka halaman 61, karena ada aku di situuuu! Ha Ha Ha! Di halaman ke-61 itu, dimuat sebuah tulisan, hasil wawancara seorang kawan reporter Femina dengan diriku terkait bagaimana aku (sebagai laki-laki) bekerja di tempat kerja yang mayoritas perempuan. Menurut reporternya, cerita tentang perempuan yang bekerja di tempat kerja yang mayoritas laki-laki sudah biasa, dia butuh narasi yang sebaliknya. Tulisan hasil wawancara via email ini pun lalu dimuat di majalah Femina edisi 15-21 Agustus 2015 dan diberi judul "Eksis di Sarang Wanita", dan sub judul "Jadi Pria Feminis".  Menjadi pria atau laki-laki feminis bukan perkara muda

Cerita Jakarta tentang Tragedi Mei 1998

Gambar
"Karena Jakarta tak hanya Monas dan Bunderan HI ...." Kota sebagaimana otak kita, mampu merekam segala peristiwa yang terjadi. Semuanya disimpan dengan baik, dan dikomunikasikan melalui bangunan, situs-situs memorialisasi dan interaksi antar penduduknya. Aku yang belajar Ilmu Komunikasi percaya bahwa pesan tidak hanya hadir melalui kata-kata, arsitektur bangunan dan bentuk jalan pun merupakan pesan yang bisa kita maknai. Namun, sebagaimana pesan, kadang banyak noise (gangguan) yang mengakibatkan pesan yang ingin disampaikan mengalami ketidakjelasan ( distorsi ).  Jakarta, sebagai kota pun demikian. Ia sesungguhnya sedang berkomunikasi dengan kita, hanya sering kali, kita tidak sadar akan itu. Jakarta yang sudah berusia lebih dari 400 tahun, tentu menyimpan banyak memori di dalamnya dan ingin sekali membagi memori itu dengan kita. Nah, melalui tulisan ini, aku mencoba untuk ikut membantu Jakarta dalam bercerita. 1. Prasasti Mei 1998 & Makam Massal Korban

Bus Khusus Perempuan, Niatnya baik tapi ...

Gambar
bus transjakarta, dokumentasi pribadi Tulisan ini sengaja aku tulis dan persembahkan kepada Bapak Ahok, Gubernur DKI Jakarta yang enggak neko-neko, Bapak Andriyansyah, kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, kepada Bapak Steve Kosasih, CEO PT Transjakarta, dan tentu saja kepada para pembaca blog ini, baik yang sengaja mengikuti atau yang tidak sengaja kesasar ke blog ini.   Kepada bapak bertiga, pertama-tama, aku ingin memperkenalkan diri, namaku Elwi Gito, sejak tahun 2009, tinggal di Jakarta untuk berkuliah di kampus Fikom Untar, sekarang aku bekerja untuk Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau yang lebih akrab disebut Komnas Perempuan. Aku juga sangat mengandalkan bus transjakarta sebagai moda transportasi sehari-hari, tentu saja karena harganya murah untuk rute yang jauh. Aku percaya bapak bertiga benar-benar bekerja untuk menciptakan moda transportasi bagi masyarakat Jakarta yang nyaman dan aman. Perbaikan terus dilakukan agar cit