Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Men Are From Mars, Women Are From Venus: Sebuah Delusi

Gambar
dok: kutubuku.com Dulu ada masa di mana aku begitu mengidolai buku Men are From Mars, Women are From Venus. Buku karya seorang PhD bernama John Gray ini, harus diakui sangat menarik perhatian anak-anak muda yang baru mengenal cinta, seperti aku di masa itu. Buku yang sudah dicetak berulang kali ini bercerita tentang perbedaan kondisi piskologi antara laki-laki dan perempuan, yang diibaratkan dengan berbeda planetnya kedua jenis manusia ini. Laki-laki digambarkan dari Mars, dan Perempuan dari Venus. Keduanya datang ke Bumi untuk saling mencintai tetapi lupa bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat hubungan tidak berjalan baik. Nah, buku ini hadir sebagai jawabannya.  Ada satu bab yang sangat menarik, diberi judul Men Go to Their Caves and Women Talk . Bab ini menceritakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan saat menghadapi masalah. Laki-laki akan masuk ke dalam “goanya”, untuk merenung, memikirkan dan mencari sendiri solusi atas m

Enaknya Menjadi Laki-Laki di Indonesia!

Gambar
Kelas Feminisme Dasar yang diadakan oleh Jurnal Perempuan (30/10/14). Dok: Jurnal Perempuan Namaku Elwi Gito. Aku laki-laki. Aku si sulung dengan tiga adik perempuan. Aku dibesarkan dalam tradisi budaya Tionghoa yang partilinear. Aku hidup dengan semua keuntungan. Keuntungan karena aku anak laki-laki sulung dan satu-satunya ditambah lagi aku tinggal di Indonesia yang partiarkhis. Aku ingat betul ada sebuah doa yang cukup termahsyur, “Aku bersyukur pada-Mu Tuhan, karena Engkau jadikan aku bukan sebagai budak dan bukan sebagai perempuan” . Ah, dalam hati, aku mengamini doa itu. Aku beruntung karena aku laki-laki. Aku bisa mengatur sendiri pakaianku. Aku bebas mau pakai ini atau pakai itu. Tidak seperti perempuan, yang pakaiannya saja harus diatur-atur oleh masyarakat. Bahkan, seolah tak mau kalah, pemerintah pun ikut turun tangan mengatur pakaian perempuan lewat sejumlah kebijakan. Komnas Perempuan menamainya dengan kebijakan diskriminatif. Kata mereka, jumlahnya ada 36