Strategi Pemasaran Warteg

Warteg atau Warung Tegal memang hanya sebuah warung makanan sederhana yang acap kali kita temui di pinggir jalan. Warteg, nama ini dapat dikatakan sudah menjadi simbol warung makanan untuk kalangan menengah ke bawah. Hidangan yang disajikan pun sangat sederhana dengan harga yang relatif terjangkau pula.

Sepintas tak ada yang dapat dibanggakan dari bisnis ini. Namun, jangan buru-buru meremehkan bisnis ini. Banyak juga pengusaha-pengusaha sukses dengan menjalankan usaha warteg. Prinsipnya segala jenis usaha kalau dikelola dengan baik akan mendatangkan keuntungan yang baik.

Di dekat tempat tinggal saya juga terdapat sebuah warteg yang sangat sederhana. Warteg XXX namanya. Warteg ini dikelola oleh seorang ibu dengan tiga orang putri. Walau sederhana, warteg ini setiap harinya ramai dikunjungi terutama oleh para mahasiswa. Kebetulan tempat tinggal saya sangat dekat dengan dua buah universitas ternama di ibu kota.

Pernah suatu hari saya berkunjung ke warteg itu untuk memuaskan para cacing perut yang sudah melolong minta makanan, saya sedikit heran karena tidak seperti biasanya warteg itu sepi dan hanya ditinggali oleh salah seorang putri dari ibu warteg itu. Namanya mawar, sebut saja begitu, saya pun sedikit berbincang mengenai masalah ini.

"Dek, yang lain kemana, koq nga keliatan..??"
"lagi pulang kampung, Kak"
"Adek koq nga ikutan pulang..??"
"Kalau saya ikutan pulang, yang jaga warteg ini siapa dunk"


Saya sedikit tertegun mendengar jawabannya, saya berpikir dalam hati betapa tidak adilnya ibu itu, kedua saudara perempuan mawar diberangkatkan ke kampung asal, mengapa mawar tidak. Alangkah adil apabila ketiga anak perempuan itu sama-sama diberangkatkan ke kampung. Lalu saya tersadar kalau semuanya pulang, tentu tidak ada uang masuk dari bisnis warteg ini.

Di tengah lamunan itu, makanan saya datang, saya pun menyantapnya dengan halap. Ketika sedang asik-asiknya mengunyah tempe goreng yang masih garing itu, timbul sebuah pertanyaan, mengapa harus si mawar yang tinggal dan menjaga warteg itu, mengapa bukan si mawar aza yang pulang kampung. Sebagai tambahan catatan, mawar itu orangnya cantik, lumayan tinggi, dan murah senyum. Walau cantik itu relatif, saya yakin 7 dari 10 pria normal akan memilih mawar dari pada dua saudara perempuannya itu andai saja diadakan kontes kecantikan di warteg itu.

Mungkin si ibu warteg menyadari hal itu. Dengan menempatkan si mawar yang cantik jelita di barisan terdepan, mungkin pengunjung warteg akan tetap ramai. Sebuah strategi yang lazim dilakukan oleh pihak perbankan kita. Mungkin Anda semua pernah bertanya mengapa 70-80% kasir di bank itu wanita muda cantik, mengapa pula para costumer service juga nona-nona yang manis-manis. ..
Bersyukurlah Anda para wainta berparas cantik. .


Andai dugaan saya benar, sungguh bijak langkah yang diambil oleh Ibu warteg. Namun, itu semua hanya dugaaan, Mungkin juga si Ibu warteg itu punya pertimbangan lain..


Anyway, tidak ada maksud apa-apa dibalik penulisan artikel ini. Hanya ingin menyampaikan pemikiran saya saja, haha. ..
Maju terus Warteg Indonesia. ..

Komentar

  1. Hidup Warteg, Hidup Crespo! Biasanya anak kos cuma makan mie instant saja! Hahaha... semoga tambah cerdas (dan cukup gizinya) ya!

    BalasHapus
  2. Awal berdiri Warmo ini karena kaka beradik asal Sidakaton Tegal yang mulanya bekerja sebagai tukang becak saat pertama datang ke Jakarta. Lalu akhirnya mencoba membuka warung nasi kecil-kecilan dan ternyata laku hingga saat ini Sebelum taun 1970, Warmo ini lokasinya bukan di Tebet lho melainkan di Roxy dan Jatinegara.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eddie Lembong, Penggagas Penyerbukan Silang Budaya Meninggal Dunia

Sejarah Pedasnya Cabai di Indonesia

Begini Rasanya Bekerja di Komnas Perempuan