Depok Lama Punya Cerita

Di rumah Presiden Depok. Dok: panitia

Halo semua! Secara khusus, aku ingin menyapa warga Depok yang barangkali membaca tulisan ini, karena di tulisan ini, aku akan membagikan pengalamanku berwisata sejarah di Kota Depok. Loh, emang Depok ada sejarahnya?

Buat kamu yang mikir bahwa Depok itu cuman ada kampus UI dan enggak ada warisan sejarah lainnya, kamu salah banget! Buktinya, akhir bulan lalu, aku ngikut jalan-jalan wisata sejarah keliling kawasan Depok Lama bareng Komunitas Sejarah Depok. Seru banget!

Pertama-tama, aku bakalan ceritain dulu sejarah gimana cikal bakal lahirnya kota Depok. Begini ceritanya:

Kelahiran Kota Depok tidak bisa dilepaskan dari kedatangan armada dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie alias VOC ke Sunda Kelapa. Menurut sejarahwan, JJ Rizal dalam buku pengantar Wisata Sejarah Depok Tempo Doeloe, Cornelis Chastelein, seorang pejabat VOC, membeli tanah Depok secara bertahap pada 1696. Chastelein ingin menjadikan Depok sebagai ruang percontohan tentang tata cara sistem pemerintahan yang ideal. Sebelumnya, Chastelein sering mengkritik VOC yang dinilainya salah urus. Depok adalah percontohan gagasan humanisme religius dari seorang Chastelein. Ia membawa 150 orang budaknya (beberapa sumber lain menyebut sekitar 120- 200an orang) yang mayoritas dari Makassar dan Bali untuk memulai ide-idenya membangun komunitas pribumi yang religius dan cerdas dalam mengelola kekayaan alamnya agar mandiri.

Para budak ini nantinya yang akan melahirkan komunitas 'Belanda Depok', sebuah komunitas yang cara hidupnya "kebelanda-belandaaan". Menurut Tri Wahyuning M. Irsyam dalam buku Sejarah Depok 1950-1990an, komunitas Belanda Depok mendapat persamaan status dengan warga Eropa. Mereka bersekolah di sekolah Eropa dan hidup dengan cara Eropa. Ada 12 kelompok Belanda Depok dengan nama keluarga, antara lain Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Loen, Leander, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadokh. Jadi nanti jangan kaget, kalau kamu ketemu orang Depok yang memiliki nama belakang 'bule' seperti di atas.  

Dalam buku Sejarah Depok 1950-1990an, Tri Wahyuning M. Irsyam juga menjelaskan bahwa dalam pergaulan sehari-hari, hubungan antara Chastelein dengan para budaknya tidak selayaknya hubungan antara majikan dan budak, melainkan lebih bersifat patron-client, hubungan kerja antara bapak dan anak. Ada dua prinsip utama yang menjadi rencana Chastelein terhadap para budaknya. Pertama, Chastelein ingin memerdekakan para budak menjadi manusia bebas. Kedua, Chastelein ingin memberikan bekal hidup kepada para budaknya dengan membagi kepemilikan tanah.

Ketika Cornelis Chastelein meninggal pada 1714, para budaknya berstatus orang merdeka dan dibaptis sebagai penganut agama Kristen, sesuai dengan surat wasiat yang ia tulis. Para mantan budak inilah yang kemudian menjadi pemilik sah dari tanah Depok. Walau demikian, baru pada tahun 1850, Raad van Indie mengumumkan secara resmi bahwa tanah Depok sebagai hak milik mantan budak Cornelis Chastalein. Pada 1871, Raad van Administratie dibantu oleh ahli-ahli hukum, Bijstand-Verleeners membentuk badan pengurus yang dikenal dengan Het Gemeente Bestuur Van Particuliere Land Depok. Badan ini tugasnya mengurus kepentingan komunitas dari tanah partikelir itu. Penanggung jawab dari gemeente, disebut Presiden. Presiden Depok dipilih secara demokratis oleh anggota komunitasnya setiap tiga tahun sekali. 

Gimana-gimana Depok punya Presiden?

Iyaa, Depok punya Presiden sendiri, tapi bukan berarti Depok merupakan negeri yang berdaulat. Presiden Depok menjalankan tugas administratif dalam mengurus komunitasnya.

Rumah Sakit Harapan Depok dulunya merupakan Gemeente Bestuur.
Di halamannya, terdapat tugu Chastelein. Dok: Panitia

Kantor Het Gemeente Bestuur Van Particuliere Land Depok masih dapat dijumpai sekarang. Bangunannya kini menjadi Rumah Sakit Harapan Depok sejak 1964. Di Gemeente Bestuur inilah, semua urusan administratif diurus, mulai dari pajak, irigasi, peradilan, pendidikan, sampai peringatan hari-hari besar, termasuk pemilihan presiden.

Di halaman Gemeente Bestuur, ada tugu Chastelein atau yang dikenal pula sebagai Paal Gedachtenis Aan Chastelein. Tugu ini merupakan tugu tertua di Depok. Presiden Depok, Johannes Mathijs Jonathans membangun tugu ini pada 1914 untuk mengenang budi baik Chastelein sekaligus merayakan Depoksche Dag atau Hari Depok.

Hal yang menarik tentang tugu ini adalah tugu ini pernah dihancurkan pada 1960, karena dianggap berbau Belanda. Namun, dibangun kembali pada tahun 2014 oleh Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Tugu Chastelein yang baru ini dibangun serupa dengan tugu yang dihancurkan sebelumnya. Hanya saja di tugu Chastelein yang baru tidak ada plakat atau tulisan sama sekali. Menurut Ferdy Jonathans, salah satu turunan dari Belanda Depok, hal ini merupakan hasil dari proses tarik menarik dengan Pemkot Depok. Pada tugu Chastelein yang lama, ada tulisan dalam bahasa Belanda, yang kira-kira artinya "harapan saya kelak Depok menjadi masyarakat Kristen yang sejahtera"

Nah, you know why kenapa pembangunan tugu Chastelein dihalang-halangi oleh Pemkot Depok!

miniatur tugu Chastelein lengkap dengan plakatnya. Dok: panitia

Tepat di seberang Gemeente Bestuur atau sekarang Rumah Sakit Harapan, berdiri dengan kokoh rumah presiden Depok terakhir, Johannes Mathijs Jonathans. Di rumah presiden ini, kita dapat melihat ruang kerja presiden yang masih terawat rapi. Kita dapat pula melihat banyak foto-foto lama tentang kota Depok.

Dari rumah presiden Depok, rombongan wisata berjalan menuju Sekolah Dasar Negeri 2, Pancoran Mas. SDN 2 Depok ini dulunya merupakan sekolah tertua di Depok. Dahulunya bernama Depoksch Europesche School yang mulai beroperasi pada 1890. Mula-mula, sekolah ini hanya dikhususkan untuk orang-orang Eropa yang bermukim di Depok. Lambat laun, sekolah ini dapat dimasuki pula oleh orang-orang Depok yang mendapatkan gelijkgestelden atau persamaan status dengan orang Eropa.

Salah satu ruang kelas di SDN 2 Depok. Dok: Panitia

Sampai saat ini, kita masih dapat melihat corak gedung SDN 2 Depok yang sangat Eropa sentris. Pintu dan jendelanya dibangun besar-besar untuk sirkulasi udara dalam ruangan. Kita juga masih dapat melihat meja belajar jadoel, yang terbuat dari kayu, dan dilengkapi dengan tempat kuas dan tinta. Namun, sayang beribu sayang, bangunan SDN 2 Depok saat ini terlihat sangat kotor dan seperti tidak terurus. Banyak meja-meja jadoel yang rusak dibiarkan begitu saja di salah satu pojok gedung sekolah. Jendela-jendela dan pintu-pintu juga sangat kotor dan berdebu. Sungguh memprihatinkan! 

Gedung YLCC. Dok: Panitia

Destinasi berikutnya adalah Gedung YLCC yang dulunya merupakan Gedung Pastorie. Pembangunan gedung ini berawal dari ide Pendeta A. Schuurkogel yang melayani jemaat Depok mulai 1817 sampai 1823. Sebelum digunakan oleh YLCC, gedung ini digunakan sebagai tempat tinggal para pendeta yang bekerja di Depok. Dari rumah ini, lahir ide dari pendeta C. de Graaf dan istrinya Adriana untuk mendirikan rumah sakit bagi kaum pribumi di Cikini. Pada 1957, YLCC mendirikan SMP Kasih serta pada 1960 mendirikan sekolah Mardiyuwana. 

Wisata sejarah tak lengkap rasanya kalau tidak mampir untuk berziarah ke makam-makam tua. Di Jalan Kamboja, ada pemakaman tua yang mulai digunakan pada 1851. Di komplek pemakaman seluas satu hektar ini, para budak Cornelis Chastelein dikuburkan. Nisan tertua yang masih dapat diidentifikasi adalah milik Adolf Van Der Capellen yang bertarikh 1888. Chastelein sendiri tidak diketahui di mana letak makamnya. 

Kuburan Kober Depok di Jalan Kamboja. Dok: Panitia

Nah gimana seru kan wisata sejarah di kota Depok? Buat kamu semua yang ingin juga menyusuri kepingan sejarah Depok, kamu mesti sering-sering pantengin media sosialnya Komunitas Sejarah Depok agar tidak ketinggalan info. Melalui tulisan ini pula, saya berharap Pemerintah Kota Depok serius untuk memperhatikan warisan sejarah Kota Depok. Membangun masa depan kota itu mesti berpijak pada sejarah kota dan masyarakat kota itu sendiri! Selain itu, dari kaca mata bisnis, wisata sejarah semacam ini tentu akan bersumbangsih pada Pendapat Asli Daerah (PAD) bila digarap dengan serius! 

Sekian dulu ceritaku. Bila kamu tahu ada tempat-tempat bersejarah lainnya di kota Depok, tinggalkan pesan di kolom komentar yaaa! 


Sumber:
Buku Sejarah Depok 1950-1990an
Buku Wisata Sejarah Depok Tempo Doeloe
Brosur Sejarah Komunitas Kaum Depok dan Tokoh Sentralnya Cornelis Chastelein

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eddie Lembong, Penggagas Penyerbukan Silang Budaya Meninggal Dunia

Sejarah Pedasnya Cabai di Indonesia

Begini Rasanya Bekerja di Komnas Perempuan