Nikmatnya Orgasme

Happy Birthday, Magdalene!

Sudahkah kamu Orgasme hari ini?

Pertama-tama, selamat datang buat kamu di postingan ini. Semoga kamu bukan sedang mencari cerita porno yang tak sengaja terjebak di sini. Tulisan ini sengaja aku beri judul "Nikmatnya Orgasme" karena memang tulisan ini akan membahas soal Orgasme. Ceritanya, aku kemarin datang ke sebuah Talk Show yang ngobrolin soal Orgasme dan kesetaraan di atas ranjang. Talk show ini diadakan oleh The Magdalene dalam rangka memperingati hari jadi mereka yang kedua. Selamat hari jadi Magdalene! 

Talk Show yang ngomongin soal Orgasme sangat-sangat jarang ada, dan aku sangat bersyukur bisa ikutan talk show ini. Kapan lagi kita bisa membahas hal yang sangat-sangat personal ini di ruang publik? It's so coollll!  Ada 3 pembicara yang hadir, ada Mba Firliana Purwanti (penulis buku The O Project, riset tentang Orgasme bagi Perempuan Indonesia), Mba Nurlan Silitonga (dokter, ahli kesehatan reproduksi, angsa merah clinic)  dan Mba Zoya Amirin ( Sexologist perempuan pertama di Indonesia). Wohoooo!

Aku mulai tulisan ini dari apa sih itu Orgasme? Orgasme menurut KBBI daring adalah puncak kenikmatan seksual. Di Wikipedia, Orgasme digambarkan sebagai sensasi yang dimulai dengan perasaan tegang, lalu diikuti dengan cepat oleh perasaan nikmat yang biasanya mulai di klirotis dan menyebar ke pinggul. Alat-alat kelamin seringkali digambarkan menjadi hangat, seperti disetrum atau geli, dan sensasi fisik ini biasanya menyebar melalui beberapa bagian dari tubuh. 

Intinya Orgasme itu enak banget. titik! Selain enak, Orgasme pun punya banyak manfaat seperti meredakan stress, serta bagus bagi otak, jiwa dan raga. Nah, permasalahannya adalah ternyata sangat sedikit sekali perempuan yang mengalami Orgasme! kog bisa? 

Mba Firliana Purwanti membuka diskusi dengan fakta bahwa di Amerika sana, Perempuan yang mengalami orgasme hanya berkisar 30 persen, sedangkan laki-laki bisa sampai 70 persen. Mba Firliana pun lalu melakukan riset di Indonesia dengan mewawancarai belasan perempuan Indonesia yang terdiri dari berbagai latar belakang untuk melihat potret Orgasme bagi perempuan Indonesia. Hasilnya tidak cukup bagus. Bahwa kita saat ini hidup di dunia yang menabukan seksualitas dan menempatkan perempuan sebagai subordinat laki-laki membuat perempuan sulit sekali mendapatkan Orgasmenya. Padahal, Orgasme adalah hak semua orang. 

Laki-laki gampang meraih Orgasme, tinggal nonton bokep, lalu masturbasi, kelar sudah. Perempuan tidak demikian. Sejak kecil, perempuan diajarkan untuk meredam seksualitasnya. Hasrat seksual yang dikaitkan dengan moralitas, menyebabkan ada perasaan malu dan tidak enak, bila perempuan membincang seksualitas dirinya sendiri. Pola pikir seperti ini, yang membuat perempuan khususnya di Indonesia sulit meraih Orgasme. Pengekangan seksualitas perempuan nyata-nyata terjadi melalui sunat perempuan. Sunat perempuan sampai hari ini, masih dilakukan di berbagai tempat di Indonesia dengan alasan agar anak perempuan tersebut kelak tidak akan menjadi "liar". Praktik yang begitu mengerikan, karena dengan nyata memotong ujung klirotis yang merupakan tempat berkumpulnya simpul-simpul saraf. 

Hal lain yang menghambat perempuan meraih Orgasme adalah bahwa selama ini, perempuan dididik menjadi "pelayan" bagi suami termasuk urusan di atas ranjang. Oleh karenanya, banyak perempuan yang tidak memperdulikan kenikmatan dirinya sendiri. Tinggal buka daster, terus ngangkang dan setelah itu, tinggal menunggu pasangannya mengalami Orgasme. Ini pun lantas diperparah lagi dengan pola didik laki-laki yang sedari kecil diajarkan lebih superior dari perempuan, sehingga saat di atas ranjang, perempuan tidak ubahnya seperti alat pemuas seksual saja. 

Kekerasan terhadap Perempuan bagiku dimulai dari atas ranjang. Dalam hal yang sangat-sangat personal pun, kekerasan itu terjadi. Pernah dengar istilah perkosaan dalam pernikahan? Perkosaan dalam pernikahan itu ada dan nyata terjadi. Bila salah satu pasangan sedang tidak ingin berhubungan seksual, hubungan seksual tidak bisa terjadi. Bila pasangannya memaksa, itu namanya perkosaan! Jangan dipikir bahwa setelah menikah, hubungan seksual bisa dilakukan sesuka hati. Hubungan seksual dalam relasi apa pun tetap harus berdasarkan persetujuan dari kedua pihak! Perkosaan dalam pernikahan sebenarnya sudah diatur oleh UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, no 23 tahun 2004, pasal yang ke-8. Sudah ada beberapa pelaku yang ditahan, tapi sepertinya masih jadi pe-er besar untuk menyadarkan masyarakat tentang perkosaan dalam pernikahan.

Sex is a bless. Sex is why we are all here ~ Kata dr Nurlan Silitonga. Seks adalah anugerah, tanpa seks, tidak akan ada kita semua di sini. Untuk meraih Orgasmenya, perempuan harus berani mengenali dirinya sendiri. Perempuan harus berani mengenali seksualitasnya. Kata kunci yang disampaikan oleh dr Nurlan tentang meraih Orgasme adalah lakukan apa pun yang membuat kita senang dan jangan sampai terluka karenanya. Lakukan apa pun juga hal yang bisa membuat kamu meraih Orgasme, cari titik-titik sensual karena tiap tubuh memiliki titik-titik sensual yang berbeda, tapi jangan lupa, jangan sampai kita terluka oleh karenanya. 

Aku rasa sudah saatnya kita sepakat bahwa pendidikan seks sejak usia dini adalah isu kunci. Pendidikan seks akan membantu setiap individu untuk mengenal diri dan seksualitas dirinya sendiri. Oleh karenanya, setiap individu akan semakin bertanggungjawab pada diri dan seksualitasnya.

Selama ini kita terperangkap dalam sebuah sistem yang menabukan seksualitas. Entah siapa yang pertama kali menamakan alat kelamin sebagai kemaluan. Alat kelamin ya alat kelamin. Ada penis dan ada vagina. itu saja. Penis dan vagina tidak ada bedanya dengan organ tubuh lainnya seperti tangan, dan kaki. Lalu kenapa penis dan vagina disebut kemaluan?  

Pendidikan Seks secara benar juga mampu mengikis mitos-mitos seksualitas yang selama ini salah. Pendidikan Seks tidak ada urusannya dengan moralitas. Ini urusannya dengan kesehatan reproduksi, konsep diri dan kedaulatan atas diri.

Untuk kita yang saat ini hidup dan terlanjur masih didoktrin dengan mitos-mitos seksulitas, hal yang bisa kita lakukan untuk meraih Orgasme adalah dengan mengkomunikasikannya dengan pasangan. Kita harus belajar untuk tidak malu membicang seksualitas. Katakan apa yang bisa pasangan lakukan untuk membuat kita meraih Orgasme atau tanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu pasangan meraih Orgasmenya. 

Sekali lagi, Orgasme adalah hak, dan sudahkah kamu Orgasme hari ini?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eddie Lembong, Penggagas Penyerbukan Silang Budaya Meninggal Dunia

Sejarah Pedasnya Cabai di Indonesia

Begini Rasanya Bekerja di Komnas Perempuan